Kau masih selalu ada dalam setiap hembus angin malam
ketika aku tengah duduk di bangku taman ini. Kini segalanya buram bagiku,
untaian benang kenangan yang dulu kita susun bersama telah kau gunting
seenaknya. Malam di kotaku sekarang, bukan lagi malam dengan hangat tubuhmu,
dengan hembus nafasmu saat kita tengah
berbaring
berdua setelah kau uhujamkan tanda
kasih dan cintamu padaku.
Saat itu, ya saat itu kau begitu eloknya dalam mataku. Tubuhmu
dengan manja menggeliat dalam mataku, indah lekuk punggung sampai pinggulmu,
hingga tak lagi ada hasrat lain pada diriku selain untuk terus menjamah tiap
lekuk tubuhmu. Itu dulu, dan sekarang aku hannya bisa mendekapmu, menciummu
dari jauh. Kemudian indah rasanya, saat kita tengah asyik membicarakan tentang
siapa nama anak kita nanti. Dan ini yang selalu menjadi kesukaanmu, kau selalu
mempunyai bendahara nama yang bagus untuk anak kita nanti, dari mulai Radiva, Pradipa, Mavendra, sampai
Nia pradipta pernah kau cetuskan setelah nama – nama yang lain kau sebut.
Asap rokok yang kuhembuskan kini, seakan selalu membawa
alam pikirku pada indahnya matamu. Dan kini, aku sedang duduk di bangku taman
kita dulu. Bangku taman dengan segala hangatnya tubuhmu. Tapi hangat tubuhmu
kini telah direnggut oleh orang lain. Kau bukan kepunyaanku lagi. Dan bagiku
kini, semenjak kita harus berjauhan dipisahkan oleh jarak, kecintaanmu sudah
bukan lagi untukku.
Kina, dalam setiap langkahku kini, tak ada lagi harapan
menemaninnya. Segala kerinduanku kini hanguslah sudah entah kemana harus ku
sandarkan. Aku masih ingat ketika bibir manismu melumat bibirku saat kita akan
terpisah oleh jarak,
“Irgi, aku hanya minta kamu jangan main-main ketika aku jauh dari kamu!”
pintamu dengan manjanya sembari memeluk dadaku. Sayang, Kina, aku bagaimana
bisa aku bermain-main dengan perempuan lain. Sementara Kau ibarat ratu yang diperebutkan oleh
semua raja-raja muda. Dan aku hanya seorang pria dari kalangan rakyat yang
mempunyai keberuntungan lebih untuk bisa bersamamu.
Walaupun ibumu selalu saja menilai bahwa aku tidak punya
apa-apa selain tekad yang kuat untuk nanti mempersuntingmu. Satu hal yang
selalu ditentang oleh keluargamu dan temanmu adalah mereka seakan tidak sudi
kau dipunyai lelaki yang tak tentu hidupnya. Secara kamu
bagaikan seorang dewi dari negeri kayangan dengan segala anugerah yang telah
dewa tancapkan pada dirimu.
Jarak, dan lagi jarak yang akhirnya menjawab semua kisah
percintaan kita setelah tiga tahun lamanya. Kau yang menggebu untuk menimba
ilmu ke kota B, kau juga yang selalu kecewa ketika impianmu itu terkadang
menemui duri tajam, kau juga yang berjanji tidak akan pernah lupa pada
keluargamu disini, tetapi semua itu mungkin kini ibarat daun kering yang jatuh
dan tak bisa lagi kembali pada pohonnya.
Aku selalu mencintamu lebih dari apa yang aku kira. Harapku
kau disana akan tetap baik – baik saja, harapku kau disana bisa nyaman dengan
keluarga barumu, atau dengan lelaki barumu yang bisa kau ajak berdiskusi
tentang siapa nama anakmu nanti. Harapku, kau tak akan pernah lupa padaku.
Harapku,
Kau bahagia Kina…
Dari Irgi
Akmanegara