Langsung ke konten utama

Saijah dan Adinda

Gambar terkait
 

Untuk Saijah

Dua belas tanda di lesung telah aku goreskan
Bersama kain sarung juga selendang telah aku batik
Harapan kala itu masih yakin tertanam pada pohon ketapang kita, Saijah

Dua puluh tanda di lesung telah aku goreskan
Bersama kain sarungmu juga selendangku
Aku masih mengharap akan harapan kita nanti
Dan dua kerbau kesayangan bapak hanya tahu bahwa aku masih merawat kain sarungmu
Dua puluh tiga tanda di lesung telah aku goreskan
Bersama bapak dan adikku, aku pergi
Karena Ibu telah tenang dan kita tak punya apa – apa lagi
Selain harap – harap cemasku padamu

Maaf Saijah,
Aku tak bisa lagi duduk di pohon ketapang kita

Saijah,
Kain sarungmu masih kurawat
Senantiasa bersamaku di tanah seberang

30-08-2018















Untuk Adinda

Adinda
Tunggu aku dalam tiga kali dua belas bulan

Melati yang kau berikan,
Kusimpan baik – baik
Melatimu pun memekarkan harapan
Dengan harapanku pada pohon ketapang kita

Aku merawat kuda, Adinda
Tahukah kau kuda selalu berbicara padaku bahwa kau masih tekun menenun sarung juga selendang kita

Adinda manis,
Harapan telah aku raih
Kini tiga kerbau akan kita rawat
Sekarang aku pulang

Adinda terkasih,
Aku telah sampai di pohon ketapang kita
Bersama keris, uang, bajing, kupu – kupu juga sinar surya

Tetapi kemana kau Adinda ?
Pancar wajahmu tak kulihat jua
Aku masih di sini kasih
Setia pada pohon ketapang kita

Adindaku,
Kau di mana ?
Melati keringmu pun masih dalam genggamanku



30-08-2018

yang lainnya

Ulasan Novel “Arjuna Mencari Cinta” karya Yudhistira AN Massardi

Yudhistira yang meminjam nama Arjuna dalam Novel “Arjuna Mencari Cinta”

Pengalaman 6 Hari 5 Malam Bersama Teater Mandiri

Bandung, Putu Wijaya, dan Teater Mandiri Arus kehidupan memang tak pernah bisa kita tebak dan terka – terka sekenanya. Segala nasib juga takdir telah direncanakan sedemikian rupa oleh Sang Pengatur. Segala tindak – tanduk kita di masa kini pasti akan memengaruhi nasib kita di masa depan. Kehidupan itu absurd, segala hal bisa terjadi kapan saja. Keadaan inilah yang tengah saya alami, tatkala saya ditawari oleh Pak Ari (Dosen Sastra Inggris Unpad) untuk ikut andil dalam acara “Putu Wijaya : Bertolak Dari Yang Ada” sekaligus menjadi salah satu kru di Teater Mandiri dalam pentasnya kali ini. I Kaget. Itu yang pertama kali saya rasakan ketika menerima tawaran tersebut. Aih Tuhan, aku akan ikut garapan langsung dengan Teater Mandiri pimpinan Putu Wijaya ? sebuah mimpi yang tak pernah aku duga sebelumnya. Belum pernah muncul dalam benakku bahwa aku akan terlibat langsung dengan pertunjukan Teater Mandiri. Namun, saat ini aku tengah dihadapkan dengan situasi yang sangat memungkinka...

Runtuhnya Si Kancil yang Cerdik dan Licik dalam ”Dongeng Kancil” karya Sapardi Djoko Damono

Runtuhnya Si Kancil yang Cerdik dan Licik dalam ”Dongeng Kancil” karya Sapardi Djoko Damono Sebelum adanya karya – karya sastra besar seperti pada zaman Balai Pustaka atau zaman abad akhir 18, jauh sebelum itu masyarakat nusantara telah mengenal suatu cerita yang turun temurun, yakni cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari suatu masyarakat pada masa lampau dan berkembang dalam kehidupan masyarakat itu sendiri, juga menjadi ciri khas tiap bangsa. Penyebaran cerita rakyat biasanya melalui lisan atau dari mulut ke mulut dan tidak diketahui pengarangnya. Salah satu cerita rakyat yang paling melegenda dalam kehidupan masyarakat Indonesia ialah dongeng Si Kancil. Si Kancil digambarkan sebagai tokoh yang cerdik dan licik, pintar mengelabui tokoh lainnya. Namun dalam “Dongeng Si Kancil” karya Sapardi, gambaran Si Kancil yang terkenal licik berhasil dijungkirbalikkan olehnya. Dalam cerita yang beredar di masyarakat si Kancil yang cerdik juga licik sangat be...