Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Hari Raya Sebentar Lagi

Sambil membawa muatan, Supir angkot itu menyulut rokoknya Sedang dikursi belakang, Seorang pemuda tengah asik melamun Jalanan memang begitu ramai, disana - sini orang - orang kehausan minum air, orang - orang kelaparan makan apa saja Sedang dalam pikiran pemuda itu, "Apa yang harus aku berikan pada orang tuaku dikampung. Padahal hari raya tinggal 3 hari lagi."

Membungkus Harkitnas dalam mimpi guru SMP

(Ulasan Cerpen "Harkitnas" Karya Putu Wijaya) Oleh :   Rudiana Sp             Cerpen karya Putu Wijaya ini lagi – lagi dikemas berbeda. Hari Kebangkitan Nasional yang pada saat cerpen ini diterbitkan tepat 100 tahun pada tahun 2008. Latar waktu dalam cerita ini pun tepat tahun 2008. Cerpen ini dikemas berbeda karena Putu Wijaya membuat sebuah kejutan di bagian akhir cerpen ini, yang akan membuat pembaca terkejut atau tersenyum sendiri mengetahui bahwa semua cerita dari awal cerita sampai akhir, hanyalah mimpi. Ini yang membuat saya kagum pada tulisan – tulisan karya Putu Wijaya, karena beliau selalu menuangkan sebuah ide yang menjadi ciri khas di setiap cerpennya. Atau lebih dikenal dengan "teror mental".             Dalam cerpen ini sosok Ali diceritakan sebagai sosok yang sangat nasionalis, terbukti saat ia terbangun dari tidurnya dan mencoba untuk membangunkan semua orang untuk mengajak mereka memperingati dan berdoa di Hari Kebangkitan Nasional yang

Ulasan Cerpen "Emak" karya Masriadi Sambo

Ulasan Cerpen “Tegak Lurus Dengan Langit” karya Iwan Simatupang

Ulasan Novel "Atheis" karya Achdiat K. Mihardja

Konflik Batin dalam Novel Burung – burung Manyar

Emansipasi dalam “Layar Terkembang” pada masa Pujangga Baru

Ulasan Puisi “Jalan Buntu” Karya S.Rukiah

Mengejar dalam Kebuntuan tak Berujung Buntu Kejaran S. Rukiah (1927-1996) Di jalan panjang, Bertemu lagi Aku dan ilham. Dia ketawa tergila-gila Mulut kuat enak mengejek Cepat kukejar Ia lari seperti binatang liar… Di jalan buntu Tertangkap ia kupegang erat Menjerit Terkejut telinga pekak. Kubanting kembali Lepas melancar lagi Menari mengawang tinggi… Di jalan buntu Buntu lagi kejaranku Darah panas melonjak kepala Dan jiwa geram menghardik: Aku belum bisa mengalahkan dia…             Pertama kali ketika saya membaca karya – karya dari S. Rukiah Kertapati ini terasa dengan jelas bahwa karya – karyanya adalah gabungan dari kelembutan dan keberanian dari seorang perempuan yang berani menelanjangi kebenaran kenyataan yang ada pada saat itu. Termasuk salah satu puisi S. Rukiah yang berjudul “Buntu Kejaran”, puisi ini seperti berkisah tentang seseorang yang mengejar orang lain atau hal lain yang didasari oleh rasa dendam karena belum bisa mengalahkan h

Perihal Puisi Mbeling, Puisi Konkret dan Pengadilan Puisi

            Karya sastra bisa menjadi gambaran nyata situasi masyarakat pada saat karya tersebut dibuat, termasuk kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi pemerintahan bisa tergambar dalam sebuah karya sastra. Inilah yang menjadi hal penting dalam dunia sastra, bahwa sebenarnya karya sastra itu harus mempunyai hubungan atau korelasi dengan keadaan dan situasi nyata pada saat karya sastra itu dibuat. Misalnya dalam karya – karyanya Remy Sylado dalam “Puisi Mbeling ” yang memperlihatkan situasi masyarakat pada tahun sebelum 1972, sepanjang tahun 1972, dan setelah 1972 karena puisi – puisinya tersebut dibuat pada tahun – tahun tersebut.             Berbicara tentang Remy Sylado, beliau merupakan sastrawan kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 Juli 1943 juga yang bernama asli Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong. Remy Sylado merupakan salah satu seniman yang bisa dibilang lengkap karena selain menjadi penyair, beliau juga merupakan seorang pemusik, peluk

Tentang Sebuah Harapan

Dalam sebuah pengharapan, aku menyerah terhadapnya. Dalam sebuah pengharapan, semuanya aku pasrahkan. Dalam sebuah pengharapan, aku lelah. Dalam sebuah pengharapan, semuanya terlihat semu, abu, dan aku tak tahu apakah harapan besarku ini dapat menjadi sebuah kenyataan. Ketika si A, telah menikmati semua pengharapannya. Ketika si B, yang masih berkutat dalam ruang sempit untuk bisa mewujudkan pengharapannya. Ketika si C, hanya merapikan benang kusut pengharapannya tanpa mau tuk bertindak. Dan ketika diriku, hanya pasrah dan terus bermain dalam pengharapanku yang kian masa kian gelap tak bercahaya Karena aku tahu, bahwa pengharapanku yang besar ini mustahil untuk bisa menjadi kenyataan. Aku bahkan tidak pernah tahu rasanya berjalan kaki dengan tatapan jelas menuju tempat yang dituju, aku juga bahkan tidak pernah tahu rasa nikmatnya ketika mulut ini memakan makanan enak yang aku tidak tahu bagaimana rupanya makanan yang aku makan ini, aku bahkan tidak pernah bisa m

Dialog Pohon

Seekor Burung bertengger pada dahan Pohon Tua yang telah usang nan rapuh dimakan usia. Kemudian Burung itu bertanya, “Apa dirimu tidak jemu hidup seperti ini? Hanya berdiam diri, mematung, sendirian, dan menunggu untuk ditebang oleh manusia?” Namun, Pohon Tua itu hanya diam tak menjawab. Tetapi Burung tersebut kembali bertanya, “Hey, aku merasa iba dan kasihan padamu. Kini kau hidup sendiri, kemana teman – temanmu dulu yang ada disini?”   Burung bertanya dengan nada dan gesture yang menjengkelkan. Namun Pohon Tua itu tetap diam tak menggubris dan sabar mendengar perkataan dari Burung itu . “Ohhhh… Yaa iya… Aku tahu. Aku tahu kawan, bahwa pasti mereka telah ditebang ya? Oleh makhluk – makhluk serakah itu ? Sungguh malang nasibmu kawan, sekali lagi aku merasa iba padamu. Hidup seorang diri, tak ada teman, sudah tua, dan mungkin tinggal menunggu 3 sampai 5 tahun lagi kau akan ditebang.” Cemooh si Burung. “Hahhh untung saja aku punya sayap, jadi apabila ada man

E Ayam!

Orang – orang begitu latah Sungguh latah  Ketika suatu paham muncul dilayar kotak Juga saat berita terbit di dunia maya Orang – orang langsung mengimaninya Tanpa tahu apa isinya  Hanya tahu “Katanya” saja Orang – orang begitu emosi Sangat emosi Ketika ada yang mengaku bahwa dia berpaham “yang dilarang” petinggi istana Juga saat ada yang diam saja tak menentang paham itu Padahal, Orang – orang tak tahu sama sekali akan paham itu, Tak tahu kenapa paham itu haram Hanya tahu “Katanya” saja Orang – orang sekarang latah Ya, latah. Duarrrrr!!!! E Ayam ayam! 1 Des 2017

Andai Saja

Andai saja aku angin, yang tak pernah berhenti menjalankan tugasnya. Tetapi aku hanya… Andai saja aku air , yang merupakan unsur penting bagi kehidupan. Tetapi, aku hanya… Andai saja aku pohon, yang selalu memberikan udara segar bagi makhluk hidup. Tetapi aku hanya… Andai saja aku debu, yang setia menghiasi dinding kaca rumah. Tetapi aku hanya… Andai saja aku titik hitam yang hinggap pada noda dikemeja seseorang. Tetapi aku hanya… Aku hanya tanah. Yang lekat dengan kematian. 13, Maret 2017

Saat – saat itu

Saat kau menjadi aku Saat aku menjadi kau Saat detik menjadi detak Saat detak menjadi detik Saat luka menjadi suka Saat suka menjadi luka Saat tabah menjadi tabuh Saat tabuh menjadi tabah Saat barah menjadi cerah Saat cerah menjadi barah Saat kenang menjadi senang Saat senang menjadi kenang Saat rindu menjadi candu Saat candu menjadi rindu Saat Aku bertanya – tanya Apakah kau merasa demikian ? 06, Maret 2017